Tips Melakukan Seks di Bulan Ramadhan

Jumat, 21 Agustus 2009
Memasuki Ramadhan, sudah menjadi gejala umum bila banyak istri yang akan menolak diajak berhubungan intim oleh suaminya selama bulan suci. Atau dengan kata lain, Ramadan juga berarti puasa seks. Aneh memang, karena tak ada satu hukum pun yang melarang hal itu. Untuk itu, ada beberapa kiat agar kegiatan jalan, aktifitas seks pun tak ketinggalan.

Jangan jadi beban
Memang, terkadang berhubungan intim selama bulan puasa jadi beban bagi Anda dan pasangan. Tak jarang, salah satu pihak, biasanya dari pihak istri, menolak diajak bercinta. Alasannya macam-macam. Dari kelelahan menyiapkan hidangan berbuka dan sahur, tidak mau menodai kesucian bulan puasa, sampai sudah meniatkan diri untuk total beribadah sebulan penuh.

Sebetulnya, hal itu tidak perlu terjadi. Sebab, kita mesti bisa membedakan mana hal yang wajib dan mana yang sunah.

Quran Surat al-Baqarah ayat 187, menyatakan dihalalkan kepada kamu pada malam Ramadan bersebadan dengan istri-istrimu. Ayat ini membolehkan hubungan seks di malam hari. Ini berarti hanya di siang hari Ramadan, hubungan seks tidak dibenarkan. Karena itu, jangan Anda jadikan beban. Bukankah hukum agama membolehkan? Jadi nikmati saja.

Senang hati
Melakukan hubungan seks di bulan Ramadan, sebetulnya tidak apa-apa. Anda tidak perlu merasa bersalah. Justru itu berpahala. Bagi isteri, itu sama saja dengan ibadah. Anda pasti tahu, melayani suami termasuk ibadah. Karena itu lakukan dengan senang hati, dengan ikhlas. Dengan demikian, Anda bisa menikmatinya. Apalagi, itu merupakan kewajiban seorang isteri. Jadi sepanjang permintaan suami masih wajar, lakukan saja. Toh Anda berdua yang akan merasakan nikmatnya. Jadi mengapa tidak?

Jangan sampai ada perasaan ingin merasa menang dan memaksakan. Misalnya, suami yang menginginkan hubungan intim memaksakan kehendaknya pada istri yang sebenarnya tidak mau.

Manajemen waktu
Hanya saja, dalam berhubungan intim, Anda mesti pintar-pintar mengatur waktu. Karena waktunya memang sempit, disinilah perlu yang namanya manajemen waktu. Coba Anda cermati, berbuka sekitar pukul 18.00, dilanjutkan dengan salat Maghrib dan makan besar. Setelah itu, salat Tarawih di masjid. Pukul sembilan malam, biasanya sholat Tarawih sudah usai.

Pukul 21.00 sampai pukul 23.00 adalah waktu ideal bagi Anda untuk bercinta. Mengapa? Sebab setelah itu Anda, dan terutama istri, harus tidur. Mengingat pukul 02.00 atau 03.00 dinihari, Anda sudah harus bangun menyiapkan makan sahur. Apakah perlu teknik khusus? Teknik dan gaya apa pun, radikal sekalipun, dapat Anda lakukan dengan leluasa tanpa larangan. Hanya saja, yang perlu diperhatikan adalah lama aktivitas seks dilakukan.

Seks kilat
Berpuasa, mau tak mau, membuat kondisi fisik Anda melemah. Apalagi jika Anda berdua adalah pasangan yang sama-sama bekerja. Belum lagi waktu kerja yang sedikit dan sempit. Oleh karena itu, waktu yang ada harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Kalau Anda biasa melakukan hubungan seks selama 2 atau 3 jam, selama bulan puasa lakukanlah lebih singkat. Cukup satu jam atau setengah jam saja. Seks kilat lebih tepat dilakukan pada situasi seperti ini.

Pokoknya, kegiatan seks tetap bisa dilakukan selama bulan puasa. Meski singkat. Itu tetap lebih baik daripada tidak sama sekali. Seks tidak mengenal kata berhenti, setuju?

Mandi cepat
Salah satu hal yang membuat Anda malas bersebadan pada bulan Ramadan adalah kewajiban mensucikan diri (janabah) selepas aktivitas seks itu. Anda mungkin berpikiran harus mandi keramas, sebelum waktu imsak tiba. Dan itu membuat Anda berpikir tujuh kali untuk bersebadan. Padahal, pendapat mayoritas ulama menyatakan, bagi yang berhubungan seks di malam hari, tidak harus mandi sebelum terbitnya fajar. Anda hanya berkewajiban mandi sebelum terbitnya matahari, paling tidak dalam batas waktu yang memungkinkan Anda salat subuh dalam keadaan suci. Anda bisa saja mandi pukul 05.00. Karena itu Anda tidak harus bersuci diri sekitar pukul 03.30. Jadi tidak berasalan jika Anda juga berpuasa seks di bulan Ramadan, kan?

0 komentar: